Selasa, 26 Juli 2011

Jembatan Di Zona Neraka.

sekarang mari kita tinjau dari segi teknis. Tinjauan teknis itu perlu dan mutlak menjadi pertimbangan utama daripada aspek ekonomi dan lain sebagainya. Karena sisi teknis berkorelasi langsung dengan keselamatan jiwa. Ingat satu hal, melindungi rakyat Indonesia dimanapun berada, termasuk di atas Jembatan Selat Sunda, adalah tugas Negara, karena merupakan amanat konstitusi.

Berdasarkan Feasibility Study yang dibuat oleh PT Bangungraha Sejahtera Mulia,
Jembatan Selat Sunda yang akan dibangun memiliki panjang 31 Km, menopang jalan raya 6 ruas selebar 60 meter. Tinggi jembatan 75 meter dari muka laut, dengan tinggi pancang 300-400 meter. Dimensi ini akan menjadikan Jembatan Selat Sunda menjadi jembatan terpanjang dan terbesar di seluruh dunia.

Rencana Konstruksi Jembatan Selat Sunda

Berbeda dengan Jembatan Suramadu, Jembatan Selat Sunda jauh lebih kompleks permasalahannya. Jembatan Suramadu tidak terlalu panjang dan berada di laut yang relatif tenang, dengan kondisi geologi yang stabil. Tapi, tidak dengan Jembatan Selat Sunda.

Jembatan Selat Sunda akan dibangun di zona neraka, oleh karena Jembatan Selat Sunda ini akan menghadapi banyak teror dari berbagai penjuru.

Pertama : Zona Subduksi
Ada zona tumbukan dua lempeng raksasa, yaitu lempeng Indo-Australia yang merangsek lempeng Eurasia di sepanjang sisi barat Pulau Sumatera dan sisi selatan Pulau Jawa. Pergerakan ini bisa menyebabkan terlepasnya energi yang sangat dahsyat, yang dirasakan oleh manusia sebagai gempa. Di Indonesia lebih dari 95% gempa disebabkan gerakan tektonik. Gempa-gempa tektonik dapat menimbulkan dampak kerusakan yang jauh lebih luas dari gempa-gempa vulkanik. Fenomena Gempa 9,4 Skala Richter dan Tsunami Aceh tahun 2006 karena ulah teror yang satu ini. Gempa yang memorak-porandakan Yogyakarta tahun 2006 adalah contoh yang lain. Cukupkah pendekatan keamanan konstruksi Jembatan yang hanya dipersiapkan untuk menghadapi Gempa 9,0 Skala Richter??

Kedua : Sesar Aktif Selat Sunda

Ketiga : Gunung Berapi Krakatau
Gunung yang menjulang di tengah laut ini, adalah salah satu dan satu-satunya gunung api dengan perilaku vulkanis yang spesifik, dan tidak ditemukan pada gunung api manapun di dunia. Gunung Krakatau mampu menghancurkan dirinya sendiri ketika sedang murka. Erupsinya seringkali baru berakhir ketika tubuhnya sendiri sudah lenyap. Gunung ini juga kemudian mampu membangun dirinya sendiri menjadi gunung baru. Gunung yang dinamakan Gunung Anak Krakatau, adalah bukti forensik atas kejahatan gunung ini dalam menghancurkan. Perilaku mengerikan dari gunung api Krakatau ini bahkan sempat dituding sebagai biang punahnya Era Dinosaurus yang fenomenal itu, walau hipotesis ini masih di dalam silang pendapat di kalangan ilmuwan. Tapi betapapun, perlu disadari betul, ancaman yang ditimbulkan gunung api ini, seperti yang terjadi pada tahun 1883 yang lalu, selain kekuatan gempa besar dan beruntun, juga semburan erupsi dan awan panas yang meghancurkan, ditambah dengan kemampuannya menciptakan tsunami setinggi 30 meter yang mampu menyapu daratan hingga pantai timur Afrika dan menenggelamkan sejumlah pulau kecil di Selat Sunda dan Samudera Indonesia, melengkapi kekuatan daya membinasakannya yang luar biasa.
Jembatan Selat Sunda berjarak 50 km dari Gunung Anak Krakatau ini, siapkah Jembatan Selat Sunda kita ini menghadapinya ?

Keempat : Angin
Gugusan kepulauan Indonesia persis di garis Khatulistiwa, merupakan salah satu kontrol pembentukan fenomena cuaca global. Dengan semakin meningkatnya pemanasan global karena menipisnya ozon di atmosfir, satu-satunya perisai sakti yang diberikan Sang Pencipta untuk melindungi bumi dan isinya. Peristiwa ini menyebabkan kesetimbangan iklim mulai terganggu. Munculnya cuaca ekstrim di tahun 2009-2010 yang baru lalu, sangat berhubungan dengan hal ini. Adanya peningkatan frekuensi terjadinya angin puting beliung di berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir ini, dan tingginya gelombang ombak lautan, berkait erat dengan kekacauan iklim ini, yang tentunya tidak akan segera berakhir. Dalam kondisi cuaca normal saja, Selat sunda sudah terkenal kekuatan anginnya, apalagi jika cuaca ekstrim berperan serta dalam membentuk ombak yang tinggi dan angin puting beliung, yang tentunya senantiasa mengancam Jembatan Selat Sunda, yang berada persis di hadapan hamparan Samudera Indonesia. Jembatan Selat Sunda dirancang untuk tegar menghadapi terpaan angin berkecepatan 24 km/jam atau 13,3 knot, yakinkah Jembatan Selat Sunda mampu menghadapinya?

Kelima : Arus Laut Bawah Permukaan
Selat Sunda sebagai tempat pertemuan antara laut terbuka (Samudera Hindia) dengan laut tertutup (Laut Jawa) memiliki arus bawah laut yang kuat, mencapai rata-rata 6 meter/detik. Tergantung morfologi dasar lautnya, kecepatan arus ini berubah-ubah seiring dengan sifat air yang akan 'mengalir' ke arah yang lebih rendah.
Kondisi arus ini akan menyulitkan di dalam pelaksanaan konstruksi jembatan. Dan membuka peluang review design ketika menghadapi kesulitan teknis lokal, yang ujung-ujungnya adalah mentoleransi perhitungan sipil yang sudah dibuat.

Keenam : Potensi Tsunami.

Adalah sah saja, para ahli teknik menyatakan jembatan aman dibangun. Tetapi, satu hal yang tak dapat dipungkiri adalah bahwa pembangunan Jembatan Selat Sunda adalah salah satu bentuk upaya manusia menantang alam. Hanya bersandar kepada perhitungan empiris dan kemajuan teknologi untuk memaksakan pembangunan jembatan di zona neraka ini.

Belajarlah dari Jepang. Reaktor nuklir Fukushima yang dibangun dengan teknologi tinggi dan sistem keamanan yang tanpa toleransi, didukung seabrek tenaga handal dan profesional, nyatanya tak berdaya menghadapi hanya satu gebrakan keperkasaan alam yang bernama gempa dan tsunami??

Semoga siapapun pengambil kebijakan bisa berfikir jernih, realistis dan berani mengatakan tidak, bagi suatu proyek yang beresiko dan tidak realistis. Apalagi kalau hanya beorientasi "mercu-suar", hanya agar Indonesia memiliki jembatan paling sensasional di seluruh dunia. Apalagi jika hanya ingin dicatat dalam sejarah : Pemerintahan SBY meletakkan batu pertama pembangunan jembatan terpanjang dan terbesar di dunia ini.

Sungguh, kita semua berharap, jangan sampai, kelak, Jembatan Selat Sunda hanya menjadi proyek mega mubazir, karena ternyata yang dibangun hanyalah sebuah Jembatan Maut Nusantara ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar