Sabtu, 12 Februari 2011

Painan

Painan Kota Pantei Bana adalah sebuah kota administratif yang juga merupakan ibu kota dari kabupaten Pesisir Selatan, di provinsi Sumatera Barat, Indonesia.

Secara administratif, kota Painan masuk kedalam wilayah kecamatan IV Jurai, dan kota ini dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera bagian Barat.
Daftar isi
Kondisi Geografis

Kota Painan diapit oleh dua aliran sungai yaitu Sungai Batang Pinang Gadang dan Sungai Batang Pinang Ketek. Sungai ini berasal dari Timbulun yang mempunyai air terjun sebanyak tujuh tingkat. Melalui Timbulun ini kota Painan dapat dilalui ke Alahan Panjang. Aliran sungai ini bermuara ke pantai Carocok dan pantai Muaro Painan. Dan keduanya menuju ke Teluk Painan yang sangat tenang karena diapit juga oleh Bukit Langkisau dan pincuran boga.

Di Teluk Painan terdapat sebuah pulau bernama Batu Kereta yang apabila pasang surut akan menyatu dengan daratan Painan. Batu Kereta dinamai seperti itu karena konon di puncaknya terdapat sebuah batu yang mirip sepeda (kereta dalam bahasa setempat). Berjarak sekitar 800 meter dari Pulau Batu Kereta terdapat sebuah pulau kecil bernama Pulau Cingkuak,yang hanya dihuni oleh seorang penjaga. Di pulau ini terdapat sisa-sisa sebuah benteng peninggalan Belanda. Pulau ini selain sering digunakan sebagai tempat memancing, juga menjadi obyek wisata favorit.

Agak jauh dari Pulau Cingkuak, sekitar 30 menit menggunakan speedboat, terdapat pulau Aur kecil dan Pulau Aur besar. Sayang, Pulau Aur besar tidak bisa dikunjungi, karena konon katanya di pulau ini berdiam sekelompok kera ganas. Sekitar 30 menit naik speedboat dari Pulau Aur terdapat Pulau Penyu. Di pulau ini terdapat penangkaran penyu dan juga tempat penyu bertelur. Di Pulau ini pula terdapat benteng Portugis.
Sejarah Kota Painan

Menurut penuturan orang tua-tua di Painan dan sekitarnya, nama Painan berasal dari kata 'paik' (pahit) dan 'nian' (sangat, amat, sekali) yang maksudnya 'pahit sekali' (pahitnya kehidupan di daerah Painan yang umumnya terdiri dari rawa-rawa. Ucapan 'paik nian' itu merupakan ucapan dari orang-orang selatan Pesisir Selatan yang merantau ke Painan, ditandai dari kata 'nian' (sebuah kosakata yang biasa diucapkan oleh selatan dan melayu.

Pada tahun 1523 di Painan sudah berdiri sebuah surau, lembaga pendidikan agama di Minangkabau. Pada abad 16 ini pula, Pulau Cingkuk di Painan menjadi pelabuhan kapal international yang berjaya sebagai pelabuhan emas Salido.

Pada tahun 1660, Belanda pernah berkeinginan untuk memindahkan kantor perwakilan mereka dari Aceh ke Kota Padang dengan alasan lokasi dan udara yang lebih baik namun keinginan ini ditolak oleh penguasa kota Padang hingga akhirnya mereka berkantor di Salido.

Perjanjian Painan pada tahun 1663 yang diprakarsai oleh Groenewegen yang membuka pintu bagi Belanda untuk mendirikan loji di kota Padang, selain kantor perwakilan mereka di Tiku dan Pariaman. Dengan alasan keamaman kantor perwakilan di kota Padang dipindahkan ke pulau Cingkuk hingga pada tahun 1667 dipindahkan lagi ke kota Padang. Bangunan itu terbakar pada tahun 1669 dan dibangun kembali setahun kemudian.
Objek Wisata Painan
Pantai Painan di tahun 1930-an

1. Panorama Bukit Teluk Kabung.
2. Taratak Sungai Lundang
3. Kawasan Wisata Mandeh
4. Pantai Batu Kalang dan Teluk Sikulo
5. Jembatan Akar
6. Air Terjun Bayang Sani (Welkum, bekas pemandian zaman Belanda)
7. Air Terjun Lumpo
8. Panorama Selayang Pandang
9. Bukit Langkisau (tempat wisata dan olahraga paralayang)
10. Pantai Carocok Painan
11. Air Terjun Timbulun Painan
12. Salido Kecil (bekas pertambangan emas zaman Hindia Belanda)
13. Pantai sungai Nipah
14. Pulau Cingkuk (terdapat benteng Portugis)
15. Ikan Larangan Talawi
16. Pulau Kerabak
17. Pulau Penyu
18. Pantai Teluk Kasai
19. Panorama Nyiur Melambai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar